Follow Us!

Penghargaan Blue Parks: Dari Raja Ampat Untuk Konservasi Di Indonesia, ditulis oleh Nikka Gunadharma* dan Allan Fredrik Ramandey**

Di 9 Juni lalu, speedboat bernama “Manta Ray” yang berawakkan empat orang itu merapat di Pelabuhan Falaya, Waisai. Salah satu awaknya, Imanuel Mofu, tampak berjalan agak cepat sembari membawa beberapa lembar kertas. Gerak jalannya tak sampai menimbulkan goyangan berarti di pelabuhan apung tersebut. Tak lama kemudian, ‘Manu – begitu ia biasa disapa oleh teman-temannya, menemukan meja dan kursi untuk meletakkan lembaran kertas yang ia bawa. Rupanya ‘Manu ingin segera menyempurnakan laporan dari kegiatan pemantauan hari itu.

Imanuel Mofu, ia bekerja untuk Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat sebagai Asisten Staf Monitoring yang ‘merangkap’ sebagai Jaga Laut. (Foto Oleh: BLUD UPTD Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat/2019)

Di sela-sela kesibukan ‘Manu menyempurnakan laporan pemantauan, ia berujar, “Kegiatan ini sangat penting bagi masyarakat. Menjaga laut dari nelayan illegal fishing, yang menangkap hiu, pemakai kompresor udara, jaring insang, bom ikan, dan wisatawan yang masuk kawasan dan tidak memiliki kartu TLPJL (Tarif Layanan Pemeliharaan Jasa Lingkungan, pen.).” Sederhananya, kegiatan pemantauan di laut merupakan salah satu pilar pengelolaan kawasan konservasi di perairan Raja Ampat yang tujuannya, antara lain, adalah untuk memastikan kegiatan pemanfaatan kawasan sudah bersesuaian dengan dokumen rencana pengelolaan maupun rencana zonasi dari kawasan konservasi.

Imanuel Mofu adalah salah satu personil Jaga Laut – nama untuk satuan pemantauan dari unit yang mengelola kawasan konservasi perairan di Raja Ampat – yang bertugas Pos Pemantauan Gam di Area III Selat Dampier; salah satu dari enam kawasan lindung perairan, yang kewenangan pengelolaannya berada di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat melalui salah satu unit pelaksana teknisnya, sekaligus merupakan bagian dari Jejaring Kawasan Konservasi (KK) di Perairan Kepulauan Raja Ampat.

Jaga Laut’s activity in one of the MPAs managed by the Raja Ampat Marine Park’s Authority – Fam Islands MPA. (Photo by: Rens Lewerissa-CI Indonesia/2017)

Kegiatan pemantauan yang dilakukan ‘Manu di awal Juni tersebut adalah kali terakhir bagi dirinya untuk bulan itu karena mulai tanggal 15 Juni hingga awal Juli ia mesti berpartisipasi dalam kegiatan Reef Health Monitoring (RHM) yang melibatkan beberapa organisasi mitra. Khusus untuk ‘Manu, jabatan resminya memang Asisten Staf Monitoring namun ia juga ditugaskan sebagai anggota Jaga Laut, sehingga jika ada pekerjaan-pekerjaan pemantauan ekologis seperti RHM, atau pemantauan populasi pari manta di Raja Ampat – ia juga adalah salah satu peneliti yang terlibat dalam kajian pari manta di Laguna Wayag dan Kepulauan Fam, maka seragam pemantauan Jaga Laut ia tanggalkan sementara.

“Saya tidak merasa bosan atau jenuh (dalam melakukan kegiatan pemantauan), karena saya melihat hasil dari kegiatan Jaga Laut ini – terutama bagi masyarakat, yang sekarang bisa membawa tamu dan memperoleh penghasilan (dari aktivitas pariwisata), ada yang membuat penginapan bagitamu untuk mereka menginap di dalam kawasan konservasi,” ungkap ‘Manu ketika ditanya apakah ia merasa bosan dalam melakukan kegiatan Jaga Laut.

Jaga Laut memiliki standar pelayanan minimum sejumlah delapan kali penyelenggaraan kegiatan pemantauan setiap bulannya untuk masing-masing kawasan. ‘Manu sendiri merupakan salah satu dari sejumlah 49 personil Jaga Laut yang bekerja untuk jaringan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat – jumlah personil yang tampaknya belum ideal untuk memantau jejaring kawasan konservasi laut seluas 1.348.459,47 Hektare.

Memasuki bulan Juli. Di hari yang sama ‘Manu merampungkan kegiatan RHM bersama mitra-mitra pembangunan, tepatnya pada tanggal 1 Juli 2022 di Lisbon, Portugal, Marine Conservation Instute (MCI) menyerahkan salah satu penghargaan Blue Parks tingkat emas untuk kategori “Konservasi Satwa Liar Laut yang Luar Biasa” kepada KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat. Penghargaan tersebut diserahkan di sela-sela penyelenggaraan Konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang, selain Raja Ampat, juga diserahkan kepada kawasan konservasi di Filipina dan Kolombia.

Ketika dihubungi secara terpisah, Kepala Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi (KK) di Perairan Kepulauan Raja Ampat***, Syafri, S.Pi., menyatakan, “Suatu kehormatan yang luar biasa dapat menerima penghargaan emas Blue Parks ini. Kami bangga menjadi bagian dari jejaring Blue Parks untuk membangun jaringan global yang kuat dari wilayah laut yang dikelola dengan baik.” Beliau menegaskan bahwa di Raja Ampat unit pengelolanya akan terus memperkuat pengelolaan demi kesehatan laut dan keberlanjutan pangan dan sumber daya alam.

Pari manta merupakan salah satu fokus konservasi dalam KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat yang diselenggarakan oleh BLUD UPTD Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat. (Foto Oleh: Muhamad Izuan-KI/2022)

Pembentukan dan pengembangan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat sendiri telah dimulai semenjak medio 2000-an, dan sejak awal memang digerakkan oleh kolaborasi antara masyarakat bersama-sama pemerintah dan mitra-mitra pembangunan seperti The Nature Conservancy (TNC), yang mitra utamanya kini adalah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Conservation International (CI) Indonesia – yang mitra utamanya di Indonesia sekarang bernama Konservasi Indonesia (KI)****, dan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia.

Sebagai informasi, penghargaan Blue Parks ini khusus diberikan kepada kawasan-kawasan konservasi laut yang telah memenuhi standar saintifik dalam penyelenggaran upaya konservasi secara efekftif, yang tahun ini mengangkat Raja Ampat ke dalam kelompok ‘elit’ yang terdiri atas 24 kawasan konservasi laut dengan pengelolaan istimewa, yang terpilih melalui penghargaan pada tahun-tahun sebelumnya.

Dalam siaran pers yang dirilis oleh MCI, Direktur Program Papua Barat KI, Meity Ursula Mongdong, menyambut baik pengakuan dari Blue Parks ini, “Kami sangat senang melihat jaringan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat diakui sebagai bagian dari jaringan Blue Parks yang bergengsi. Raja Ampat memberikan contoh untuk pengembangan dan pengelolaan KK di Perairan lainnya di Papua Barat dan di seluruh Indonesia, memberikan contoh bagaimana pengelolaan yang kuat dan inklusif dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal saat ini dan untuk generasi mendatang.”

Melalui siaran pers tersebut, Muhammad Ilman, Direktur Program Kelautan untuk YKAN, turut menegaskan, “Hal ini (penghargaan Blue Parks) membuktikan bahwa kerja sama merupakan kunci keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi. Ke depan, kami berharap kerja sama yang telah terjalin dengan baik dapat lebih ditingkatkan lagi sehingga Raja Ampat dapat menjadi contoh kawasan konservasi perairan yang memberikan manfaat baik secara ekologi maupun sosial ekonomi.”

Victor Gustaaf Manoppo, Dirjen PRL KKP, mewakili KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat dalam menerima penghargaan Blue Parks yang diserahkan langsung oleh Presiden MCI, Dr. Lance Morgan. (Foto Oleh: CI/2022)

Kembali ke Lisbon. Dengan iringan tepuk tangan para undangan, Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Ruang Laut (PRL) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Drs. Victor Gustaaf Manoppo, MH., mewakili KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat, menerima penghargaan yang diserahkan oleh Presiden dari MCI, Dr. Lance Morgan. Sementara itu, Imanuel Mofu yang baru tiba di Waisai bergegas menuju Kantor BLUD UPTD Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat untuk menyimpan peralatan selam yang telah rampung ia gunakan, setidaknya untuk sekarang, karena esok ia akan kembali ke Selat Dampier bersama kawan-kawan Jaga Laut-nya di atas “Manta Ray.”

*  Nikka Gunadharma adalah Raja Ampat Communication & Outreach Coordinator untuk Konservasi Indonesia.

**  Allan Fredrik Ramandey adalah Petugas Data dan Informasi untuk BLUD UPTD Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat.

***  TENTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PENGELOAAN KAWASAN KONSERVASI DI PERAIRAN KEPULAUAN RAJA AMPAT

Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi (KK) di Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah sebuah unit pelaksana teknis yang berada di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua Barat, dan berwenang atas upaya-upaya pengelolaan terhadap enam kawasan konservasi perairan yang berada di perairan Raja Ampat. Enam KKP yang menjadi wilayah kelola dari BLUD UPTD Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat Provinsi Papua Barat adalah: Area I Kepulauan Ayau-Asia; Area II Teluk Mayalibit; Area III Selat Dampier; Area IV Perairan Kepulauan Misool; Area V Perairan Kepulauan Kofiau-Boo, dan; Area VI Perairan Kepulauan Fam. Keterangan lebih lanjut mengenai BLUD UPTD Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat dapat dilihat melalui www.kkprajampat.com (Bahasa Indonesia) atau www.rajaampatmarinepark.com (Bahasa Inggris).

****   TENTANG KONSERVASI INDONESIA

Konservasi Indonesia merupakan yayasan nasional yang bertujuan mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan di Indonesia. Kami percaya akan pentingnya kemitraan multipihak yang bersifat lintas sektor dan yurisdiksi untuk mendukung pelestarian lingkungan di Indonesia. Bermitra dengan Pemerintah dan para mitra, kami merancang dan menghadirkan solusi inovatif berbasis-alam serta pendekatan strategi pengelolaan bentang alam dan bentang laut yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang bagi masyarakat dan alam Indonesia.

Kami menjalin kemitraan strategis dengan Conservation International (CI) sebagai mitra utama kami di Indonesia, menyusul penutupan status operasional program CI di Indonesia. Belajar dari tiga dekade kerja di Indonesia, CI mengubah strateginya dengan bermitra bersama Konservasi Indonesia. Kemitraan kami dengan CI bertujuan untuk meningkatkan visibilitas kesuksesan hasil-hasil kerja kami di mata masyarakat internasional, sekaligus untuk mendapatkan akses ke jaringan global untuk dapat mencapai tujuan. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.konservasi-id.org.

About the Author