POS PENGAWASAN PARI MANTA DI MANTA SANDY: MENGELOLA SALAH SATU SITUS PENYELAMAN ‘TERSIBUK’ DI RAJA AMPAT Oleh: Meidiarti Kasmidi
POS PENGAWASAN PARI MANTA DI MANTA SANDY: MENGELOLA SALAH SATU SITUS PENYELAMAN ‘TERSIBUK’ DI RAJA AMPAT
Oleh: Meidiarti Kasmidi
Penyunting: Nikka Amandra Gunadharma
Catatan: Pos minggu depan akan memberikan rincian tentang cara menghubungi pos dan menjadwalkan kunjungan Anda.
“Kemarin (5 Oktober 2017, ed.) kami dikunjungi oleh 40 wisatawan dari Liveaboard yang berniat untuk mencari Pari Manta. Pemuda-pemudi yang disebut sebagai Kader Manta telah dilatih untuk menerapkan Prosedur Operasional Standar untuk meminimalisir tekanan terhadap lingkungan yang disebabkan oleh jumlah wisatawan yang berlebihan, yang sekaligus bertujuan untuk mewujudkan praktik-praktik pariwisata berkelanjutan,” ungkap Rafid Shidqi, seorang peneliti muda yang juga penggiat konservasi dari Manta Trust, sembari melanjutkan, “Abang Nali, seorang Kader dari Kampung Arborek menjelaskan kepada wisatawan mengenai bagaimana cara untuk mendistribusikan penyelam di Manta Sandy dengan tepat, agar lokasi yang sempat ditinggalkan oleh Pari Manta tersebut dapat pulih kembali.”
Mari menengok ke belakang sedikit, tepatnya di bulan Desember 2016 ketika Pos Pengawasan rampung dibangun. Pembangunan Pos tersebut merupakan bukti nyata dari komitmen para Pemangku Kepentingan yang tergabung dalam Kelompok Kerja (POKJA) Manta untuk memberikan contoh dan model pengelolaan wisata Pari Manta.
POKJA Manta secara sukarela memberikan kontribusi baik berupa uang, tenaga dan pikiran, maupun barang. Beberapa Pemangku Kepentingan yang berkontribusi adalah Conservation International (CI) Indonesia, Papua Explorers Resort Raja Ampat, Raja Ampat Dive Lodge, Papua Diving, Sea Centre, resor Raja4Divers, operator Liveaboard Grand Komodo, Jaringan Kapal Rekreasi (JANGKAR), Marine Mega Fauna Foundation, Raja Ampat Biodiversity Eco Resort, dan dukungan dari Pemerintah Daerah (PEMDA) Raja Ampat melalui Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kawasan Konservasi Perairan Daerah (BLUD-UPTD KKPD Raja Ampat) sebagai pengelola kawasan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, serta akademisi dari Kampus III Universitas Papua.
Berbekal dengan kemampuan dan pengetahuan yang cukup memadai, di Pos inilah para Kader Manta bertugas setiap hari untuk memberikan informasi kepada wisatawan tentang Standard Operating Procedure (SOP) di Pos Manta Sandy, Code of Conduct dalam berinteraksi dengan Pari Manta baik bagi para penyelam maupun penggiat snorkeling, serta pengetahuan tentang Pari Manta itu sendiri. Selain memberikan informasi, Kader Manta berupaya untuk mengendalikan jumlah orang dan jumlah kapal dalam satu sesi kunjungan ke situs penyelaman Manta Sandy.
Diharapkan melalui penerapan SOP dan Code of Conduct ini, insiden ‘hilangnya’ biota laut karismatik ini dapat dicegah dan tidak terjadi lagi. Sebagaimana kita telah ketahui, Manta Sandy merupakan salah satu situs penyelaman dan snorkeling yang paling ‘sibuk’ di Raja Ampat. Laporan-laporan dari pelaku wisata dan masyarakat yang secara konstan dikomunikasikan bernada serupa: terjadi banyak pelanggaran di sana.
Mulai dari jumlah speedboat yang bertambat di sekitar situs penyelaman, aktivitas mencuci speedboat di situs penyelaman Manta Sandy, tingginya jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas rekreasional dalam waktu yang bersamaan, memasuki areal “Cleaning Station,” menghiraukan jarak aman ketika berinteraksi, hingga menyentuh Pari Manta dengan sengaja.
Pada tanggal 02 Juni 2017 lalu, sebuah periode ‘gladi resik’ dilaksanakan Pos Manta Sandy sebagai uji coba sebelum secara formal beroperasi sepenuhnya. Masa uji coba ini juga bertujuan untuk mensosialisasikan kepada wisatawan dan Pemangku Kepentingan pariwisata lainnya tentang keberadaan dan tugas dari Pos Manta ini. Dalam satu kesempatan misalnya, beberapa wisatawan yang kedapatan tidak membawa Kartu Jasa Lingkungan (KJL), dan petugas Pos Manta ‘hanya’ mengingatkan agar membawanya di kemudian hari.
Sebagai salah satu manifestasi kolaboratif dalam menerapkan pariwisata berkelanjutan di Raja Ampat, keberadaan Pos Pengawasan di Manta Sandy ini rencananya akan diluncurkan oleh Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman (KEMENKO Maritim) dalam acara pembukaan Festival Bahari pada tanggal 18 Oktober 2017, yang akan akan diselenggarakan di Pantai Waisai Torang Cinta (WTC).
Pos Pengawasan di Situs Penyelaman Manta Sandy ini diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif dari aktivitas pariwisata, sekaligus menjadi model pengelolaan wisata Pari Manta yang, harapannya, dapat diterapkan di wilayah lain di Raja Ampat.
Catatan: Pos minggu depan akan memberikan rincian tentang cara menghubungi pos dan menjadwalkan kunjungan Anda.
Meidiarti Kasmidi adalah Koordinator Pariwisata Berkelanjutan dan Mata Pencaharian Papua Barat unkut Konservasi Internasional, Indonesia.
Nikka Amanda Gunadharma adalah Koordinator Komunikasi & Penjangkauan Papua Barat unkut Konservasi Internasional, Indonesia.