Follow Us!

Mengukur MANTA dengan DRONE: Mengapa dan bagaimana – sebuah metode baru! Ditulis oleh Edy Setyawan

Pernahkah Anda bertanya-tanya seberapa besar ikan pari manta itu? Atau berapa besar sih anak pari manta? Bentang sayap anak pari manta yang baru lahir berkisar antara 1,5–1,9 meter, atau selebar bentangan dua lengan Anda. Individu dewasa tentunya lebih besar!

Jauh di dalam benak saya, saya tidak pernah membayangkan untuk bisa menerbangkan sebuah drone dan kemudian menggunakan “pesawat tanpa awak” ini sebagai salah satu alat utama dalam penelitian pari manta yang saya tekuni. Saya juga tidak pernah membayangkan bagaimana drone berukuran kecil ini bisa merevolusi penelitian pari manta kami di Raja Ampat. Dalam keseharian kegiatan pemantauan pari manta, tim peneliti kami sudah menggunakan drone tidak hanya untuk mencari dan menemukan manta, tapi juga untuk mendapatkan foto identifikasi dari pari manta yang diamati. SEKARANG kami menggunakan drone untuk mengetahui besarnya pari manta dan juga hal menarik lainnya!

Oktober 2018. “Silakan ambil ini, Edy!” kata Dr. Mark Erdmann, mentor saya dalam penelitian elasmobranch, sambil menyerahkan satu unit drone DJI Mavic Pro. Hari itu merupakan satu hari yang sangat penting dalam karier penelitian saya. Drone itu didonasikan oleh MAC3 Impact Philanthropies, yang telah secara dermawan mendukung penelitian Doktoral saya di Raja Ampat dan Bentang Laut Kepala Burung. Pada saat menerbangkan drone di atas ikan pari raksasa yang mampu tumbuh dengan bentangan sayap hingga 5 meter ini, saya mendapatkan ide untuk mengukur mereka menggunakan drone.

Januari 2019. Musim manta di sekitar Pulau Arborek. Perairan dan daerah terumbu karang di sekitar Arborek, yang terletak di tengah Raja Ampat merupakan daerah agregasi pari manta karang, dan di sini mereka bisa berkumpul dalam jumlah sangat banyak hingga lebih dari 100 manta. Suatu pagi, saya menerbangkan drone di atas skuadron manta sebanyak 20–30 individu yang sedang makan di permukaan laut di Manta Ridge, salah satu tempat makan dan stasiun pembersihan di sekitar Arborek. Dari drone, saya bisa melihat bahwa beberapa pari manta tampak lebih besar dibandingkan dengan individu lain. Selain itu, saya juga dapat melihat bekas luka kawin pada individu betina dewasa dan juga klasper pada individu jantan dewasa. Individu-individu jantan dewasa ini tambah lebih kecil dibandingkan dengan individu-individu betina dewasa.

Setelah berkonsultasi dengan sejumlah ahli drone dari Duke University Marine Lab, University of Auckland, dan berdiskusi dengan Dr. Mark Erdmann dan Profesor Rochelle Constantine, kemudian diikuti dengan sejumlah tes lapangan, pada akhirnya sebuah teknik yang tepat guna dan teruji untuk mengukur pari manta berhasil ditemukan. Sebuah pipa PVC yang ukurannya kita ketahui akan menjadi kunci untuk mendapatkan ukuran pari manta secara akurat dengan tingkat akurasi hingga 1 cm.

Januari 2020. Musim manta di Arborek. Kami melemparkan pipa di dekat sejumlah pari manta yang sedang makan di permukaan laut. Pipa yang mengambang ini menjadi referensi atau skala untuk mengukur pari manta secara akurat. Pada saat pengukuran, baik pari manta yang diukur dan pipa tersebut harus berada dalam satu bingkai dari kamera drone.

Dan ternyata, untuk pari manta, ukuran itu sangat penting!

Mendapatkan ukuran pari manta, yang terdaftar pada Daftar Merah IUCN sebagai jenis ikan yang ‘Terancam Punah’, sangat penting untuk menilai kesehatan populasi dan mendukung upaya konservasi jenis ikan ini. Memahami distribusi ukuran populasi pari manta di suatu daerah agregasi juga membantu peneliti untuk mengidentifikasi daerah pembesaran pari manta, di mana individu-individu juvenil pari manta lebih umum ditemukan atau terlihat di daerah ini dibandingkan di daerah agregasi lainnya.

Terdapat tiga metode yang umum digunakan oleh peneliti untuk mengukur pari manta, yakni estimasi visual, fotogrametri laser, dan kamera stereo video. Ketiga metode ini hanya bisa dilakukan di dalam air dan peneliti harus berada di dalam air dan berada dekat dengan pari manta untuk mendapatkan ukuran secara akurat. Estimasi visual, metode yang paling umum di antara tidak metode tersebut, sering kali menimbulkan bias pada ukuran yang diestimasi.

Februari 2022. Artikel ilmiah yang membahas tentang penelitian terobosan dan mutakhir ini sudah terbit di jurnal Drones, dengan judul “How big is that manta ray”? A novel and non-invasive method for measuring reef manta rays using small drones.”. Dalam artikel ini, kami menunjukkan secara kuat tentang keutamaan menggunakandrone berukuran kecil dan tersedia di pasaran untuk secara akurat mengukur pari manta yang sedang berenang atau makan di permukaan laut dengan dampak yang sangat kecil atau tidak ada sama sekali terhadap jenis ikan yang terancam punah ini. Selain itu, drone juga mampu membantu kami dalam mengidentifikasi jenis kelamin dan tingkat kedewasaan pari manta yang berukuran besar.

Diciptakan dan dipelopori di Raja Ampat, Indonesia, metode baru ini sudah dites dan diadopsi oleh Manta Watch New Zealand dan Conservation International Aotearoa, dan berhasil dalam mengukur pari manta oseanik. Tentunya, metode ini semoga akan segera diadopsi di negara-negara lain dalam penelitian yang serupa pada pari manta.

Jadi, apa yang kamu tunggu? Ambil sebuah pipa, terbangkan drone kamu, dan mulai mengukur pari manta!

Tonton video yang keren dan sangat informatif tentang metode baru dalam mengukur pari manta ini di You Tube Channel, Raja Ampat Manta Conservation Research.

Ditulis oleh Edy Setyawan, Mahasiswa Doktoral di University of Auckland, New Zealand dan Peneliti Manta di Bentang Laut Kepala Burung Papua.

Edy Setyawan dan para penulis dalam artikel ilmiah ini berterimakasih kepada donor yang secara dermawan telah mendukung penelitian terobosan ini: MAC3 Impact Philanthropies, the David and Lucile Packard Foundation, Daniel Roozen, Seth Neimann, Katrine Bosley, the Stellar Blue Fund, and the Wolcott Henry Foundation. Edy Setyawan secara khusus ingin berterima kasih kepada pengelola Kawasan Konservasi Perairan di Raja Ampat (BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Kepulauan Raja Ampat; Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang), Conservation International, dan University of Auckland–Waipapa Taumata Rau atas mendukung secara penuh penelitian ini. Akhirnya, penelitian ini bisa dilakukan dengan bantuan pendanaan kepada Edy Setyawan dari New Zealand ASEAN Scholarship (NZAS) dan WWF’s Russell E. Train Education for Nature.

 

About the Author