Pertama di Dunia: Ilmuwan Indonesia Buktikan Laguna Wayag Area Pembesaran Anak-Anak Pari Manta di Raja Ampat, Oleh Edy Setyawan*
Artikel ini awalnya diterbitkan di The Conversation Indonesia (https://theconversation.com/ilmuwan-indonesia-buktikan-raja-ampat-jadi-taman-bermain-bayi-pari-manta-186383).
Pertama di Dunia: Ilmuwan Indonesia Buktikan Laguna Wayag Area Pembesaran Anak-Anak Pari Manta di Raja Ampat
Tahukah Anda jika bayi pari manta karang (reef manta ray) –- yang sebagiannya berada di Raja Ampat, Papua Barat – harus hidup mandiri tanpa diasuh oleh induknya? Pernahkah Anda membayangkan bagaimana perjalanan hidup anak pari manta di awal-awal fase kehidupannya?
Hingga saat ini, periode awal kehidupan ikan berukuran raksasa ini masih menjadi misteri. Penelitian yang ada pun lebih banyak berfokus pada pari manta dewasa.
Nah, riset yang saya lakukan bersama tim sejak 8 tahun silam berhasil menyingkap sebagian misteri tersebut. Studi yang terbit di jurnal Frontiers in Marine Science ini memberikan deskripsi paling komprehensif dan terkini mengenai bagaimana anak-anak pari manta karang menggunakan Laguna Wayag di barat laut perairan Raja Ampat sebagai habitat mereka untuk tumbuh besar.
Studi ini sekaligus menjadi riset pertama yang mengonfirmasi area pembesaran anak pari manta di dunia.
Habitat pembesaran pari manta
Sejauh ini, hanya ada segelintir tempat di dunia yang berpotensi sebagai area pembesaran pari manta. Beberapa di antaranya termasuk Teluk Meksiko (Flower Garden Banks dan pesisir selatan Florida, Amerika Serikat), Atol Palmyra (ujung selatan perairan Hawaii), Maladewa, dan Indonesia (Nusa Penida dan Raja Ampat).
Di Raja Ampat, kami mengidentifikasi empat area potensial, yakni Kepulauan Fam, Hol Gam, Laguna Ayau Besar, dan Laguna Wayag.
Bagi bayi pari manta, tinggal di area pembesaran sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Area ini cenderung memiliki air yang tenang sehingga cocok bagi bayi pari manta yang baru mulai berenang. Area ini juga bisa melindungi mereka dari pemangsa seperti hiu-hiu besar.
Selain menyediakan sumber makanan, area pembesaran juga menjadi tempat anak-anak pari manta berinteraksi dan saling ‘berbagi pengalaman’.
Suatu area dikatakan sebagai habitat pembesaran pari manta jika memenuhi tiga kriteria berikut:
1) anak-anak pari manta lebih banyak dijumpai di area ini dibandingkan area lainnya;
2) anak-anak pari manta memiliki kecenderungan untuk tinggal dan/atau kembali ke area ini selama beberapa waktu secara terus menerus;
3) area tersebut digunakan atau ditinggali oleh anak-anak pari manta selama bertahun-tahun.
Upaya pembuktian tiga kriteria ini tidak mudah karena pengamatan mereka membutuhkan waktu yang tak sebentar. Ditambah lagi para peneliti memerlukan beragam metode pemantauan agar temuan-temuan lapangan bisa saling melengkapi.
Bagaimana anak pari manta dipantau?
Untuk membuktikan tiga hal di atas, kami melakukan pemantauan rutin setiap 3-6 bulan dari tahun 2013–2021 di Laguna Wayag. Proses ini berbasis sejumlah pendekatan mutakhir, termasuk identifikasi fotografis, penggunaan drone, pelacakan satelit yang dilengkapi dengan GPS, hingga pelacakan akustik (perangkat dengan cara kerja yang mirip mesin presensi di kantor).
Hasilnya, kami berhasil mendokumentasi 34 anak pari manta dari 47 perjumpaan dengan identifikasi fotografis. Sebanyak 5 dari 34 anak kami foto lagi di dalam Laguna Wayag setelah sekitar 16 bulan, termasuk 2 anak yang terekam kembali setelah sekitar 21 bulan.
Pada dasarnya, setiap individu pari manta dapat dibedakan melalui pola totol-totol yang unik dan tidak berubah (seperti sidik jari pada manusia) di bagian bawah tubuhnya. Sifatnya yang permanen ini bisa dikenali melalui foto identifikasi.
Kendati demikian, tidak semua anak pari manta berhasil kami foto untuk diidentifikasi. Pasalnya, perairan di dalam laguna tergolong keruh dan tidak mudah mendekati anak pari manta di dalam air.
Di laguna ini, anak-anak pari manta sering terlihat sedang makan dengan cara membalikkan badannya. Mereka juga kerap berenang menyusuri laguna yang dikelilingi pulau-pulau karst yang menjulang tinggi.
Kami juga mengamati anak-anak pari manta tidak melakukan aktivitasnya bersama pari manta besar atau dewasa.
Hal lainnya yang teramati adalah ukuran bentang sayap anak pari manta di Laguna Wayag yang berkisar antara 150 cm dan 240 cm dengan rerata 199 cm. Dengan drone, kami juga mengukur dua anak pari manta selebar 218 cm dan 219 cm.
Untuk mengetahui daya jelajah anak-anak pari manta, kami memasang pelacak GPS pada 5 anak di Laguna Wayag pada 2015 dan 2017. Setelah pelacakan selama 12–69 hari, kami mendapati kelima anak ini lebih sering berada di dalam laguna. Mereka hanya sesekali berenang keluar dari laguna selama beberapa hari untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitar Wayag.
Guna memahami pola residensi anak pari manta, kami memasang pemancar sinyal akustik pada sembilan anak dan penerima sinyal akustik yang dipasang di lima tempat di dasar Laguna Wayag. Setiap pemancar memiliki kode unik, sehingga setiap anak pari manta yang terdeteksi di sekitar penerima sinyal dapat kami identifikasi.
Selama pemantauan pada Mei 2019 hingga September 2021, mereka terdeteksi hampir secara terus menerus selama sekitar 14,5 bulan berada di dalam Laguna Wayag. Sinyal bahkan sempat diterima setiap hari selama 4 bulan.
Anak-anak pari manta ini juga terdeteksi selama 24 jam di dalam laguna. Di Laguna Wayag, mereka tinggal sepanjang hari untuk makan ataupun berinteraksi dengan sesama mereka.
Laguna pun menjadi tempat anak-anak membersihkan diri di stasiun pembersihan – tepatnya di area terumbu karang. Stasiun tersebut adalah sebuah lokasi seperti ‘salon’ di mana ikan-ikan pembersih memakan parasit-parasit di seluruh permukaan tubuh pari manta.
Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa anak-anak pari manta sangat bergantung pada area pembesaran ini untuk kesehatan dan kelangsungan hidup mereka.
Bagaimana selanjutnya?
Riset ini memperkuat penelitian saya yang terbit di Journal of The Ocean Science Foundation dua tahun lalu. Kedua studi membuktikan bahwa perairan Raja Ampat di Papua Barat merupakan habitat penting bagi populasi terbesar di Indonesia dari spesies pari manta karang (Mobula alfredi) dan pari manta oseanik (M. birostris).
Meski demikian, sejumlah pertanyaan masih ada di pikiran saya. Berapa lama anak-anak pari manta tinggal di habitat pembesaran hingga mereka pergi meninggalkan tempat ini? Bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain di dalam habitat pembesaran? Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pergerakan mereka dan penggunaan ruang di dalam Laguna Wayag yang relatif kecil ini?
Masih banyak misteri kehidupan anak-anak pari manta yang harus diungkap. Penelitian untuk mengidentifikasi di mana pari manta tinggal dan bagaimana mereka bertahan hidup sangat penting untuk mendukung upaya perlindungan kedua spesies ini.
*Edy Setyawan adalah peneliti pari manta di Bentang Laut Kepala Burung dan kandidat doktor di University of Auckland, New Zealand