Follow Us!

KAMPUNG ARBOREK: DARI INDONESIA SUSTAINABLE TOURISM AWARD oleh Nikka Amandra Gunadharma

KAMPUNG ARBOREK: DARI INDONESIA SUSTAINABLE TOURISM AWARD

MENUJU MASA DEPAN PARIWISATA BERKELANJUTAN RAJA AMPAT

Penulis: Nikka Amandra Gunadharma
Kontributor Wawancara: Meidiarti Kasmidi

Kampung Arborek yang berada di Distrik Meos Mansar, Kabupaten Raja Ampat meraih penghargaan Green Award untuk kategori “Pemanfaatan Ekonomi untuk Masyarakat Lokal” dalam gelaran Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata (KEMENPAR) Republik Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, pada hari Rabu, 27 September lalu.

Semua Peserta ISTA tahun 2017 ini telah melalui proses seleksi dan penilaian berdasarkan kriteria sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2014 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan; sebuah regulasi yang diadopsi berdasarkan standar yang ditetapkan oleh International Global Sustainable Tourism Council (IGSTC), sebuah organisasi mandiri yang telah diakui oleh World Tourism Organization (WTO) dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Para penerima penghargaan dalam malam penganugerahan bertajuk “Wonderful Indonesia Tourism Awards 2017.” (Foto Oleh: Githa Anathasia/2017)

Setelah penutupan pendaftaran Peserta pada 30 Juni 2017 lalu terdapat 96 nominator yang berasal dari 23 provinsi di seluruh Indonesia, dan Kampung Arborek adalah salah satu partisipan dari Indonesia Timur yang berhasil menerima kehormatan sebagai salah satu penerima penghargaan dalam ajang penghargaan perdana ini.

Di sela-sela acara Upacara Pemberian Penghargaan bertajuk “Wonderful Indonesia Tourism Awards 2017,” Kepala Kampung Arborek, Daud Mambrasar, mengungkapkan, “Saya sangat bahagia dan senang Kampung Arborek bisa memperoleh penghargaan ini; saya bangga Arborek bisa mewakili Raja Ampat (dan) Papua Barat untuk ISTA 2017 ini.”

Bapak Daud Mambrasar berpose dengan piagam penghargaan yang diterima Kampung Arborek dalam ajang Indonesia Sustainable Tourism Award 2017. (Foto Oleh: Githa Anathasia/2017)

“Saya berterima kasih kepada beberapa Lembaga dan orang-orang yang selama ini sudah membantu mendampingi kami; juga kepada semua masyarakat Arborek yang selama ini bekerja sama menjaga dan memelihara Kampung Arborek dengan baik. Ini kitorang punya Penghargaan; ini didapat karena kerja sama semua masyarakat Arborek. Dulu kami mulai dengan menjaga alam kami, dan sekarang kami mendapat manfaat ekonomi dari apa yang kami jaga; yaitu kampung kami banyak dikunjungi wisatawan sehingga kami bisa dapat manfaat ekonomi dari usaha homestay, kios, pemandu lokal, menjual anyaman, dan lain-lain,” lanjut Daud Mambrasar.

Ketika ditanya mengenai arti dari penghargaan ini bagi warga Kampung Arborek, Daud Mambrasar menambahkan, “Bagi kami masyarakat Arborek, Penghargaan ini sangat berarti dan akan menjadi penyemangat untuk kami melakukan yang lebih baik ke depan, sehingga pariwisata di Arborek (tidak hanya) bisa buat masyarakat sejahtera, tapi budaya dan lingkungan kami tetap lestari.”

Kepala Kampung Arborek, Daud Mambrasar, diapit oleh dua warga Kampung Arborek yang menyertainya di malam penganugerahan; Marcel Mambrasar dan Githa Anathasia. (Foto Milik: Githa Anathasia/2017)

Arborek adalah sebuah kampung dengan populasi kurang dari 300 orang yang terletak di dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Selat Dampier, dan merupakan salah satu kampung yang dalam beberapa tahun belakangan ini berhasil membangun partisipasi kolaboratif melalui upaya-upaya konservasi dan pelestarian lingkungan dalam merespon booming pariwisata di Raja Ampat.

Sebagai sebuah Kampung yang berada di dalam wilayah kawasan konservasi, Arborek secara konsisten berupaya untuk mengembangkan dan menerapkan suatu konsep desa wisata yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable), yang berporos pada partisipasi aktif warganya dengan menggandeng beragam pihak mulai dari Pemerintah Kabupaten melalui dinas-dinasnya yang terkait, pihak swasta, hingga kepada beberapa lembaga swadaya masyarakat seperti Conservation International (CI) Indonesia, Raja Ampat SEA Centre, Yayasan Marine Mega Fauna dan seterusnya.

Pos Manta di perairan Kampung Arborek: salah satu manifestasi pengelolaan aktivitas pariwisata berbasis masyarakat –khususnya wisata Pari Manta, dilaksanakan dengan menggandeng Pemerintah Daerah, operator dan pemandu wisata, serta lembaga swadaya masyarakat. (Foto Oleh: Arnaud Brival-Raja Ampat SEA Centre/2017)

Sementara itu secara terpisah Kepala Dinas Pariwisata, Yusdi N. Lamatenggo, S.Pi., M.Si., menjabarkan, “Penghargaan ini selain merupakan pengakuan dari pihak luar terhadap masyarakat di Kampung Arborek (yang secara konsisten) mempraktikkan kearifan lokal secara turun temurun, sekaligus menjaga keseimbangan antara (aktivitas) ekonomi dengan kelestarian lingkungan.”

Ketika ditanya lebih jauh mengenai arti dari kehormatan yang diterima oleh Kampung Arborek ini dalam konteks perkembangan pariwisata di Raja Ampat, Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat menambahkan, “Dengan Penghargaan ini, kita berharap seluruh masyarakat di Arborek (dan di seluruh Raja Ampat) makin semangat dalam berupaya untuk mengembangkan pariwisatanya dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip sustainability.”

Sebagai bagian dari upaya pengelolaan pariwisata berkelanjutan, papan-papan informasi seperti ini mudah ditemui di lokasi-lokasi strategis di Kampung Arborek. (Foto Oleh: Githa Anathasia/2017)

Namun, selain berpotensi untuk mendatangkan manfaat besar bagi masyarakat lokal, pariwisata juga jika tidak tepat dikelola dapat menimbulkan ‘bencana’ yang sama besarnya. Sebagaimana halnya dengan destinasi lain di Indonesia –yang ‘menggantungkan’ dirinya kepada kelestarian sumber daya alaminya sebagai ‘aset’ utama, perkembangan pariwisata tentunya menyiratkan beragam tantangan kompleks yang membutuhkan solusi yang komprehensif pula; bahkan Arborekpun tidak luput dari keniscayaan ini.

Menanggapi hal tersebut, Yusdi N. Lamatenggo, S.Pi., M.Si., memaparkan secara garis besar strategi yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten untuk menghadapi tantangan-tantangan pariwisata tersebut, “Pemerintah bersama-sama Pemangku Kepentingan lainnya mengembangkan konsep pariwisata berkelanjutan; salah satunya lewat kajian Daya Dukung Pariwisata Berkelanjutan. Selain itu, Raja Ampat memang dikembangkan sebagai destinasi ekowisata kelas dunia; dan bukan destinasi berbasis pariwisata massal atau mass tourism.” seraya melanjutkan, “Kami juga mendorong masyarakat lokal untuk tetap menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang mereka miliki: harapannya kearifan lokal dapat memperkuat beragam regulasi yang disahkan pemerintah.”

Dua anak dari Kampung Arborek tampak sedang mengenakan pakaian tradisional. Pakaian ini selain biasa dikenakan dalam perayaan-perayaan penting yang berhubungan dengan Kampung, juga merupakan salah satu identitas kebudayaan di sana. (Foto Oleh: Githa Anathasia/2017)

Sebagai informasi, salah satu hasil dari kajian berjudul “Daya Dukung Pariwisata Berkelanjutan Raja Ampat” menunjukkan bahwa secara menyeluruh total wisatawan yang dapat ditampung di Raja Ampat dalam setahun adalah 91.275 orang untuk kunjungan 3 wisata per hari. Bila jumlah pengunjung berada di bawah angka ini, terdistribusi merata setiap bulannya, dan mengunjungi setiap atraksi wisata yang ada, maka pariwisata yang terjadi tidak akan merusak lingkungan: dan inilah pariwisata berkelanjutan. Kajian tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu referensi kunci untuk menyusun kebijakan terkait pariwisata di Raja Ampat.

Seorang Mama sedang tekun membuat salah satu buah tangan khas Kampung Arborek: Topi Durian. (Foto Oleh: Githa Anasthasia/2017)

Sebagai salah satu peneliti yang terlibat dalam penyusunan Kajian tersebut, Dr. Victor P.H. Nikijuluw, Marine Program Director dari CI Indonesia, menegaskan, Arborek memiliki potensi pengembangan ekowisata yang sangat besar karena alam dan manusianya. “Keindahan alam Raja Ampat di sekitar Arborek sudah tidak diragukan lagi, tetapi sumber daya alam tersebut tidak ada gunanya bila manusianya tidak disiapkan untuk mengelola atau memanfaatkannya. Beruntung bahwa masyarakat Kampung Arborek mau belajar hal-hal yang baru dan pada akhirnya sudah siap untuk mengelola Desanya sebagai salah satu pusat ekowisata Raja Ampat,” seraya menambahkan, “Ke depan, Arborek adalah ‘laboratorium alam’ bagi desa-desa pesisir lainnya di Indonesia yang ingin mengembangkan hal yang sama.”

Meskipun Arborek belum berhasil untuk memperoleh penghargaan Green Platinum dalam gelaran ISTA di tahun 2017 ini, namun biar bagaimanapun partisipasinya dalam ajang Penghargaan ini mesti diapresiasi secara wajar, sekaligus ditakar dengan berimbang sebagai media pembelajaran berharga untuk terus mengembangkan diri sebagai sebuah destinasi wisata yang dikelola berlandaskan prinsip-prinsip sustainability yang bertujuan untuk menghasilkan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat di sana.

Suasana bawah air di Kampung Arborek yang ‘ramai’ akan beragam jenis ikan: salah satu tolok ukur sehat atau tidaknya sebuah ekosistem. (Foto Oleh: Awaloeddin Noer/2017)

 

Tentang Kajian Daya Dukung Pariwisata Berkelanjutan Raja Ampat

Hasil studi daya dukung kawasan ini dilakukan Conservation International (CI) Indonesia bersama-sama kalangan Akademisi dari Universitas Papua, Universitas Pattimura –Ambon, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Raja Ampat, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Raja Ampat, Dinas Pariwisata Raja Ampat, serta Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat (BLUD-UPTD KKPD Raja Ampat).

Nikka Amanda Gunadharma adalah Koordinator Komunikasi & Penjangkauan Papua Barat unkut Konservasi Internasional, Indonesia.
Meidiarti Kasmidi adalah Koordinator Pariwisata Berkelanjutan dan Mata Pencaharian Papua Barat unkut Konservasi Internasional, Indonesia.

 

About the Author